Senapan submesin
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Senapan submesin (bahasa Inggris: submachine gun, biasa disingkat jadi SMG) adalah senjata api yang menggabungkan kemampuan menembak otomatis senapan mesin dengan amunisi pistol. Konsep senjata api seperti ini pertama kali dicoba pada tahun 1900-an, yaitu pistol yang diberi popor dan menembak secara otomatis.
Rancangan yang sungguh-sungguh baru muncul pada akhir Perang Dunia I, sebagai pengembangan dari pistol berpopor sebelumnya, dan untuk digunakan pada perang parit. Senapan submesin mulai banyak digunakan pada Perang Dunia II, sebagai senjata untuk prajurit garis depan dan pasukan khusus. Sekarang, senapan submesin banyak digunakan oleh satuan polisi dan satuan paramiliter. Senapan submesin sangat cocok untuk digunakan pada pertempuran jarak dekat di perkotaan, dimana kemampuan menghujani peluru ke target lebih penting dari jarak jangkuan dan keakuratan. Senapan submesin juga dibuat populer pada tahun 1920-an dan 30-an sebagai senjata mafia, khususnya senapan submesin Thompson, yang dikenal dengan julukan "Tommy Gun".
Daftar isi |
[sunting] Sejarah
[sunting] Perang Dunia I
Senapan submesin (SMG) muncul pada akhir Perang Dunia I. Dan senapan submesin ditempa oleh kerasnya pertempuran di peperangan parit, yang telah menjadi pertempuran yang konyol dan brutal, menggunakan pistol, granat, bayonet, sampai alat gali yang ditajamkan.
Italia adalah negara pertama yang mengembangkan senjata tipe senapan submesin, dengan julukan Villar Perosa. Diperkenalkan pada tahun 1915, senapan ini sering dianggap sebagai senapan submesin pertama karena menembakan peluru pistol 9 mm Glisenti. Senapan ini sebenarnya dikembangkan untuk dipakai senjata pesawat terbang, tapi akhirnya sampai ke tangan infanteri, untuk digunakan sebagai senjata jarak dekat dan sebagai senapan mesin ringan. Desain unik ini akhirnya dikembangkan menjadi senapan submesin tradisional, Beretta 1918.
Tapi senapan submesin yang pertama adalah senapan buatan Jerman, Bergmann MP18, walaupun Beretta 1918 sudah dipakai duluan sebelum MP18, MP18 sudah menjalani tes prototip sejak tahun 1916. Desain Bergmann dibuat khusus sebagai senapan submesin, dengan popor khusus pistol otomatis, dan menggunakan peluru 9mm Parabellum dengan magazen keong.
Senapan submesin Thompson juga sedang dikembangkan pada waktu yang sama dengan desain Bergman dan Beretta, tapi pengembangan ditunda ketika Amerika Serikat dan si perancang senjata ikut memasuki perang. Desain Thompson baru diselesaikan setelahnya, dengan desain mekanisme yang berbeda dari Beretta 1918 dan MP18, tapi terlambat menjadi senapan submesin desain khusus pertama yang dipakai di medan perang, karena Perang Dunia I sudah usai.
[sunting] Masa diantara dua perang
Pada masa diantara perang, senapan submesin terkenal menjadi senjata mafia, yaitu gambaran ikonik gangster dengan jas panjang menembakan senapan submesin Thompson dengan magazen drum. Ini sempat mengakibatkan beberapa perencana militer untuk menghindari dipakai senapan submesin. Tapi akhirnya senapan submesin secara bertahap diterima oleh militer, dengan sejumlah negara merancang desain masing-masing, mulai tahun 1930-an.
Uni Soviet mengembangkan PPD34 and PPD38, Perancis mengembangkan MAS-35 menjadi MAS-38. Jerman memperbarui MP18 menjadi MP28/II dan MP34. Dan pada akhirnya Nazi Jerman mengadopsi MP38, yang uniknya, tidak memakai bagian-bagian dari kayu. Italia juga banyak memperbaiki desain mereka, dengan tujuan utama mengurangi biaya produksi, serta memperbaiki kualitas dan berat.
[sunting] Perang Dunia II
Pada awal Perang Dunia II, dalam invasi Nazi Jerman ke Polandia, produksi MP38 baru dimulai dan baru beberapa ribu yang dipakai, tapi senapan submesin ini ternyata sangat digemari, khususnya dalam pemakaiannya di perkotaan. Dari desain MP38, dirancanglah senapan submesin serupa, yaitu MP40, yang lebih aman dan lebih murah untuk diproduksi. MP40 dirancang untuk menggunakan alumunium, dan berhasil dibuat lebih ringan dari MP38 karena memakai besi cetak yang lebih ringan dari besi machined.
Inggris pada awalnya mengadopsi senapan submesin Lanchester yang merupakan tiruan dari MP28/II Jerman. Tapi karena tingginya biaya yang dibutuhkan serta lamanya waktu produksi, Inggris merancang senapan submesin mereka sendiri, yaitu Sten. Saking murah dan mudah diproduksinya Sten, pada akhir Perang Dunia II Jerman juga meniru rancangan Sten dan membuat tiruannya, yang diberi nama MP 3008.
Amerika Serikat beserta sekutunya memakai senapan submesin Thompson, yaitu versi M1, yang sedikit lebih sederhana dari versi awal, dan menggunakan magazen box. Tapi senapan mesin Thompson masih termasuk mahal untuk diproduksi, dan pada tahun 1942 Amerika mengadopsi senapan submesin M3 "Grease gun", diikuti versi M3A1 pada tahun 1944. Senapan submesin M3 tidak lebih efektif, tapi lebih murah karena terbuat dari besi cetak.
Pada akhir Perang Dunia II, pihak yang paling banyak memakai senapan submesin adalah Uni Soviet, bahkan ada batalyon yang hanya dipersenjatai senapan submesin saja. Karena ditangan seorang prajurit tak berpengalaman sekalipun, banyaknya jumlah peluru yang ditembakan bisa membuatnya sangat mematikan. Ini salah satu faktor yang nanti akan mengakibatkan dikembangkannya senapan serbu.
[sunting] Setelah Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II, pemakaian senapan submesin di satuan militer mulai berkurang. Senapan submesin mulai digantikan oleh senapan serbu, yang merupakan penengah antara senapan submesin dengan senapan tempur. Dan senapan submesin hanya secara terbatas dipakai oleh pasukan khusus, kru tank dan pesawat, dan satuan anti-teroris.
Senapan submesin masih banyak dipakai oleh satuan kepolisian dan anti-teroris, tetapi dengan dikembangkannya rompi anti-peluru yang semakin kuat dan canggih, mereka pun mulai banyak beralih memakai senapan serbu dan karabin yang lebih pendek. Tetapi senapan submesin juga sudah mulai berkembang, senapan-senapan submesin modern seperti FN P90 dan HK MP7 dibuat untuk menggunakan peluru yang merupakan campuran antara peluru pistol dengan peluru senapan laras panjang, yang diharapkan bisa memiliki daya tembus dan jangkauan yang lebih baik.