Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ) didirikan melalui Musyawarah Besar (Mubes) pimpinan Senat Mahasiswa se Jakarta di IKIP Jakarta (kini UNJ/Universitas Negeri Jakarta) pada tanggal 23 Maret 1996. Organisasi yang juga memiliki hubungan kultural dengan keberadaan FKPMJ (Forum Komunikasi Pers Mahasiwa Jakarta) dan FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) ini, lahir dari perjalanan panjang pertemuan aktivis senat mahasiswa se-Indonesia di era tahun 90-an yang peduli dengan upaya melawan rezim Orde Baru yang otoriter dan korup.
Pendiri FKSMJ, para aktivis dan pimpinan senat mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta pada saat itu antara lain adalah Ubedilah Badrun (IKIP Jakarta/UNJ), Danar, Henky, Saiful, Irwan (Universitas Mustopo), Maman Faturahman, Omen Abdururahman (Universitas Mercubuana), Mbay, Sarbini (Universitas 17 Agustus), Dwi Kundoyo (STIE Swadaya), Indra (Universitas Yarsi), Ferry (Universitas Jakarta), Waspada (Universitas Attahiriyah), Kuncoro, Agung (Universitas Kertanegara).
[sunting] Demonstrasi
Satu bulan setelah pendirian organisasi ini, pada 17 April 1996 melakukan aksi demonstrasi menolak kenaikan tarif angkutan umum di Departemen Perhubungan Jakarta yang kemudian meluas ke wilayah Indonesia lainnya yang berakhir bentrokan dengan aparat keamanan, menimbulkan korban dipihak mahasiswa dan rakyat di Ujung Pandang. Peristiwa ini kemudian disikapi mahasiswa dengan berkabung nasional dan melakukan aksi mimbar bebas di seluruh kampus di Indonesia. Aktifitas parlemen jalanan yang dilakukan FKSMJ ini dengan dukungan dari univeristas-universitas lainnya menguat cepat diseluruh Jakarta, dukungan tersebut kemudian muncul antara lain dari Senat Mahasiswa Universitas Indonesia (masa kepengurusan Kamarudin), meskipun pada awalnya SM UI ini tidak ikut terlibat dalam pergerakan pembentukan organisasi ini termasuk aksi-aksi politiknya. Rapat-rapat politik FKSMJ semakin intensif terjadi usai aksi tolak kenaikan tarif angkutan.
Gerakan FKSMJ kemudian terlihat kembali menjelang peristiwa 27 Juli 1996 yang pada saat itu para aktivisnya ikut terlibat dalam mimbar bebas di kantor PDI yang kemudian berakhir rusuh.
Gerakan protes FKSMJ ini dipenghujung tahun 1997 makin menguat ketika melakukan aksi politik demonstrasi pada 26 Desember 1997 di gedung DPR/MPR untuk menolak pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden, aksi ini dilakukan bersama FKMIJ, FKMP, FAAR, dan Alarm-Aldera. Demontrasi ini sempat dikepung sejumlah panser militer yang berjaga-jaga di gedung DPR/MPR.
Protes FKSMJ juga dilakukan terhadap Mendikbud dengan memprotes agar Kepmendikbud No 0457/U/1990 dicabut, ini terjadi pada periode tahun 1997 yang sempat memunculkan nama Saifullah (Universitas Mustopo), Agus Supriyatna (IKIP Jakarta)dan Selamat Nurdin (UI).
[sunting] Gerakan 1998
Pada perjalanannya kemudian pada tahun 1998 mucul aktifs-aktifis FKSMJ seperti Sarbini (Universitas 17 Agustus), Irwan (Universitas Mustopo), Henry Basel (IKIP/UNJ), dan Rama Pratama (UI).
Pertemuan-pertemuan antara generasi baru FKSMJ dengan generasi awal FKSMJ, termasuk dengan aktifis FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) seperti Ahmad Wakil Kamal dan Mulyadi serta dengan sejumlah elemen mahasiswa Bandung berjalan makin intensif hingga kemudian menduduki Gedung DPR/MPR sebagai simbol perlawanan rakyat menghendaki turunnya Soeharto.
Pendudukan gedung DPR/MPR ini terjadi pada tanggal 18-23 Mei 1998. FKSMJ menjadi aktor penting dalam pendudukan gedung DPR/MPR ini bersama Forum Kota, sebuah organisai mahasiswa jabotabek yang lahir dari aktifis diluar senat mahasiswa. Selain Forkot kemudian nampak juga HMI MPO yang juga membawa massa ribuan mahasiswa. Hari kedua pendudukan kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Jakarta, Bandung, dan universitas lainya.
Saat aksi pendudukan gedung DPR/MPR ini Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai Presiden pada 21 Mei 1998.
[sunting] Berbeda haluan
FKSMJ kemudian mengusung gagasannya tentang perlunya Dewan Presidium Nasional sebagai representasi pemerintahan transisional, sementara Forkot menghendaki dibentuknya Komite Rakyat Indonesia (KRI)yang juga sebagai pemerintahan transisional, hingga kemudian kedua organisasi ini berbeda haluan.
Aksi-aksi FKSMJ usai keluar dari DPR masih terus berlanjut bersama elemen mahasiswa lainnya, antara lain aksinya menolak Sidang Istimewa MPR 1998 pada 23 Oktober dan 10-13 November 1998 dan upayanya "menculik" Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Megawati, untuk memimpin perubahan dan penolakan Sidang Istimewa. Namun Ketiga tokoh ini menolak perubahan menyeluruh dan kemudian menghasilkan Deklarasi Ciganjur. Sementara elemen-elemen mahasiswa lainnya bergerak menuju gedung DPR/MPR yang berakhir dengan Tragedi Semanggi
Aktifis FKSMJ yang mencuat pada saat ini antara lain adalah Sarbini (Univ.17 Agustus), Irwan (Univ.Mustopo) dan Dandhi -Dandy- Kusumohartono (STIE Perbanas).
Aksi-aksi FKSMJ masih berlanjut hingga menjelang Pemilu 1999 dengan menduduki kantor KPU pada 25 Juli 1999 sebagai bentuk protes atas mandegnya Reformasi Total.
Aksi-aksi FKSMJ selanjutnya dilakukan antara lain bersama HMI MPO untuk menolak pemilu 1999 dan menghendaki bubarnya Golkar. Pada perjalanannya kemudian era senat mahasiswa berakhir dengan berlakunya SK Mendikbud Nomor 155/U/1998 tentang organisasi kemahasiswaan yang kemudian melahirkan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di hampir semua perguruan Tinggi.