Raden Wijaya
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Raden Wijaya atau Nararya Sanggramawijaya (wafat tahun 1309) adalah pendiri dan raja pertama Majapahit yang memerintah tahun 1293-1309 dan bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
Daftar isi |
[sunting] Asal-usul dan Keluarga
[sunting] Asal-usul
Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke-26 dari Kerajaan Sunda Galuh, dan Dyah Lembu Tal, seorang putri Singhasari. Dengan demikian, Raden Wijaya merupakan keturunan langsung dari wangsa Rajasa, yaitu dinasti pendiri Kerajaan Singhasari. Lihat artikel Kerajaan Singhasari untuk melihat silsilah Raden Wijaya.
[sunting] Dyah Lembu Tal / Dyah Singhamurti
Ken Arok, raja pertama Singhasari (1222-1227) memiliki anak Mahesa Wong Ateleng dari Ken Dedes. Mahesa Wong Ateleng lalu memiliki anak Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Menurut Nagarakretagama, Mahesa Cempaka memiliki anak Dyah Lembu Tal yang diberi gelar Dyah Singhamurti dan kemudian menurunkan Raden Wijaya[1].
[sunting] Rakeyan Jayadarma
Rakeyan Jayadarma adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh.
Setelah Rakeyan Jayadarma tewas diracun oleh salah seorang bawahannya, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya. Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke-27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Majapahit setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan sepupu ibunya.
Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
[sunting] Keluarga
Menurut Pararaton dan beberapa kitab kidung, Raden Wijaya menikah dengan dua putri raja, sedangkan sumber prasasti dan Kakawin Nagarakretagama menyebutkan ia kawin dengan empat orang putri raja Kertanagara[2]. Keempat putri raja Kertanegara ialah Tribuaneswari (Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari), Narendraduhita (Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita), Pradnya Paramita (Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita), dan Gayatri (Sri Jayendra Dyah Dewi Gayatri).
Menurut Pararaton, Raden Wijaya juga menikahi Dara Petak, yaitu salah satu dari dua putri yang dibawa kembali dari Malayu oleh pasukan yang dulunya dikirim oleh Kertanegara pada zaman kerajaan Singhasari[3]. Dara Petak merupakan putri Raja Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya[rujukan?].
Gayatri melahirkan dua orang putri yaitu Sri Gitarja dan Dyah Wiyat. Menurut prasasti Sukamrta dan prasasti Balawi, Wijaya memiliki seorang anak laki-laki dari Tribuaneswari bernama Jayanagara[3]. Sementara itu, Dara Petak melahirkan seorang putra, yaitu Kalagemet. Namun demikian, dalam Kakawin Nagarakretagama disebutkan bahwa ibu dari Jayanegara ialah Sri Indreswari (berbeda dengan nama keempat putri Kertanagara), sedangkan dalam Pararaton disebutkan bahwa Jayanegara sama dengan Kalagemet[3].
[sunting] Berdirinya Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1292, penguasa Daha, Jayakatwang memberontak dan menyerang Singhasari. Raden Wijaya ditunjuk oleh raja Kertanegara untuk menumpas pasukan pemberontak tersebut yang datang dari arah utara ibu kota kerajaan. Namun demikian, pasukan pemberontak yang datang dari selatan ibu kota berhasil menewaskan Kertanagara. Raden Wijaya lalu melarikan diri bertemu Aria Wiraraja di Sumenep (Madura).
Atas anjuran Aria Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura tunduk kepada Jayakatwang, sambil meminta sedikit daerah untuk tempat berdiam. Jayakatwang mengabulkan permintaan Raden Wijaya. Sang Raden diijinkan membuka hutan Tarik. Dengan bantuan sisa-sisa tentaranya dan pasukan Madura, Wijaya membersihkan hutan itu menjadi desa dengan nama Majapahit. Konon pada saat itu, seorang tentara yang haus mencoba memakan buah maja yang banyak terdapat pada tempat itu dan menemukan bahwa ternyata rasanya pahit sehingga daerah itu dinamai demikian.
Pada awal tahun 1293, pasukan Mongol utusan Kubilai Khan mendarat di Tuban dengan tujuan membalas perlakuan Kertanagara yang telah mempermalukan utusan Mongol yang datang sebelumnya. Raden Wijaya memanfaatkan bersekutu dengan Mongol (yang disebut Tartar dalam sumber-sumber sejarah lokal) untuk menyerang Jayakatwang. Menurut catatan pemimpin armada Mongol tersebut, pada bulan ketiga tahun 1293 terjadi peperangan antara armada Mongol dengan armada Daha di muara Kali Mas yang dilanjutkan dengan peperangan antara pasukan Mongol dengan pasukan Daha yang menyerang Majapahit[4]. Selanjutnya, pasukan Mongol bersama pasukan Raden Wijaya menyerang Daha dan Jayakatwang akhirnya menyerah.
Setelah kekuatan Jayakatwang dikalahkan, Raden Wijaya balik menyerang pasukan Mongol, dan akhirnya Mongol meninggalkan Jawa pada 31 Mei 1293[5]. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit, yang pusat istananya di daerah Trowulan (sekarang di wilayah Kabupaten Mojokerto).
[sunting] Masa kekuasaan Raden Wijaya
Wijaya menobatkan dirinya menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengusir pasukan Mongol ke luar Jawa. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan Wijaya tersebut terjadi pada tanggal 15 bulan Karttika tahun 1215 Saka, yaitu 12 November 1293[5].
Raden Wijaya mengangkat pengikut-pengikutnya yang berjasa dalam mendirikan Majapahit menjadi pejabat tinggi dalam pemerintahan. Aria Wiraraja diberi daerah status khusus (Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan. Nambi (putera Arya Wiraraja) diangkat menjadi Rakryan Mapatih (perdana menteri), Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban, dan Sora menjadi penguasa Dhaha (Kadiri).
Dijadikannya Nambi sebagai mahapatih membuat Ranggalawe tidak puas, karena ia merasa lebih berhak. Tahun 1295 Ranggalawe mengadakan pemberontakan, namun dapat dipadamkan. Kemudian, tahun 1298-1300 terjadi pertempuran antara pasukan kerajaan dengan Sora yang diduga memberontak. Terjadi pula peristiwa serupa dengan pengikut-pengikut Sora yang bernama Juru Demung dan Gajah Biru. Diduga bahwa Mahapati adalah dalang di balik segala pemberontakan ini. Ia menjebak semua saingannya agar ia sendiri dapat meraih posisi mahapatih[6].
Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309 dan digantikan oleh puteranya, Jayanagara.
[sunting] Referensi
[sunting] Umum
- Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
[sunting] Catatan
- ^ Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 410.
- ^ Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 420.
- ^ 3,0 3,1 3,2 Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 427.
- ^ Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 425.
- ^ 5,0 5,1 Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 426.
- ^ Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 429.
Didahului oleh: - |
Raja Majapahit 1293—1309 |
Digantikan oleh: Jayanagara |