Salak Nglumut
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia |
Salak Nglumut adalah nama sejenis salak yang dapat ditemukan di Indonesia. Secara fisik Salak Nglumut sama dengan Salak Pondoh, namun ada sedikit perbedaan, contohnya warna kulit yang lebih terang, rasa yang lebih enak/manis, dan buah yang lebih besar. Nama Salak Nglumut diambil dari nama sebuah desa penghasil varietas salak unggul ini yaitu desa Nglumut yang berada di hamparan Gunung Merapi dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian telah menyatakan bahwa Salak Nglumut sebagai salak unggulan nasional dan lolos syarat ekspor. [rujukan?] Berikut ini rujukan Salak Nglumut, dicopy dari suaramerdeka.com Rabu, 06 September 2006 : 09.29 WIB
[sunting] Salak Nglumut Lolos Syarat Ekspor
Magelang, CyberNews. Kualitas salak Nglumut di wilayah Srumbung, Kabupaten Magelang, lolos syarat ekspor. Karena dalam proses produksi diketahui petani lebih banyak menggunakan pupuk organik. Pupuk kimia hanya difungsikan sebagai suplemen. “Petani sangat jarang menggunakan pestisida, sehingga salak Nglumut dari Srumbung dapat dikatakan bebas pestisida. Kadar gula dalam buah salak cukuip tinggi. Brix di atas 13,5,” kata Ir Soekam, Rabu (6/9).
Kepala Bidang Usaha Tani, Dinas Pertanian Kabupaten Magelang itu mengemukakan, Ditjen Hortikultura Deptan menyimpulkan begitu setelah berkunjung Asosiasi Petani Salak Nglumut “Merapi” di Desa Sudimoro (Srumbung) dan Asosiasi Petani Salak Nglumut Kabupaten Magelang di Desa Sucen (Salam).
Petugas Ditjen Hortikultura memfokuskan pada kualitas, jumlah produksi dan kontinyuitas dari Salak Nglumut yang menjadi unggulan nasional itu dari sentranya. Dari aspek kualitas, dikorek proses budidayanya, mulai dari penggunaan pupuk, pestisida dan perawatan tanaman secara lengkap.
Karena hal itu sangat berpengaruh pada kadar gula, kadar pestisida berbahaya sampai ketahanan buah dalam pengiriman ke mana negara. “Dari proses produksi itu, secara kimia buah salak Nglumut produksi Srumbung dinyatakan aman,” katanya.
Namun setiap musim kemarau begini petani salak di kawasan Merapi megeluh, karena air irigasi sulit diperoleh. Sumber-sumber air sebagian besar daerah itu mati akibat rusaknya kawasan Merapi bagian atas, disebabkan oleh penambangan pasir yang sangat ekstensif.
Pompa air yang ada milik petani atau bantuan pemerintah untuk kelompok, menganggur. Karena memang sumber airnya tidak ada. Kekurangan air ini meyebabkan tanaman salak kekeringan, sebagian daunnya meranggas dan produksi berkurang drastis. Karenanya, mengganggu produksi dn kontinyuitas.
Di Sucen, surveyor dari Ditjen Hortikultura ditemui M.Faizin dan H.Murtadho yang saat itu sedang melakukan ujicoba produksi kripik salak, nangka dan pisang menggunakan alat facum frying bantuan dari Badan Bimas Ketahanan Pangan Jateng. Hasil uji coba itu tak bisa maksimal. Dismaping terbentur masalah bahan untuk mengepak, yaitu alumunium foil yang sulit mereka dapat.
Soekam mengemukakan, sebenarnya permintaan produk kripik buah dan sayuran produk Kabupaten Magelang cukup besar, terutama kota-kota besar di kawasan industri Batam yang selama ini disuplai oleh Taiwan dan Thailand. Permasalahan ini akan dilaporkan ke Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Deptan, sebagai pengampu utamanya.