Molly Weasley
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Molly Weasley, (nama gadisnya Prewett) adalah karakter fiksi dalam novel Harry Potter karangan J.K. Rowling. Lahir pada tanggal 30 Oktober 1950, seorang ibu rumah tangga, istri dari Arthur Weasley dan ibu dari Bill, Charlie, Percy, Fred, George, Ron dan Ginny. Molly yang juga anggota Orde Phoenix, adalah kemenakan Ignatius Prewett (yang menikah dengan Lucretia Black).
Dalam film, Molly Weasley diperankan oleh Julie Walters.
Molly menganggap Harry dan Hermione sebagai bagian dari keluarga Weasley. Harry terutama, diperlakukan dengan over-protektif karena dirinya yatim piatu dan tinggal dengan keluarga yang tidak memperlakukannya dengan baik. Ketika Molly membaca tulisan Rita Skeeter tentang cinta segitiga Harry, Hermione dan Krum, ia memperlakukan Hermione dengan dingin dan tidak ramah (mengiriminya telur paskah yang lebih kecil dibanding Harry maupun Ron) sampai Harry menjelaskan bahwa cerita tersebut hanyalah bohong belaka. Setelah itu Molly kembali memperlakukan Hermione seperti semula. Dalam Harry Potter and the Order of the Phoenix, Molly membela Harry dan menyatakan bahwa ia sudah seperti anaknya sendiri.
Molly berusaha menjaga agar rumahnya teratur, sebuah tugas yang sulit dengan adanya Fred dan George. Molly sendiri sebenarnya tidak begitu taat pada peraturan, setidaknya ketika di Hogwarts, ia dan Arthur sering melanggar jam malam (lihat Buku Keempat). Molly juga mengajar ketujuh anak-anaknya di rumah sebelum mereka masuk Hogwarts, tampaknya ini adalah sebuah alternatif selain menyekolahkan anak-anak penyihir di sekolah Muggle.
Nama "Molly" kemungkinan berasal dari kata "mollycoddle" dalam bahasa Inggris yang berarti overprotektif terhadap seseorang. Arthur Weasley memanggilnya dengan nama "Mollywobbles" (bila mereka sedang berdua saja). Ketakutan terbesarnya adalah kematian anggota keluarga atau orang-orang yang dicintainya. Hal ini sangat wajar, karena saudaranya, Gideon dan Fabian Prewett, mati terbunuh. Itu sebabnya Molly benar-benar mengkhawatirkan keselamatan keluarganya. Setelah terjadi teror di Piala Dunia Quidditch, Molly benar-benar takut bahwa kata terakhir yang diucapkan pada Fred dan George adalah bahwa nilai OWL mereka tidak cukup tinggi. Dan dialah satu-satunya anggota keluarga Weasley yang menangisi kepergian Percy dari rumah.
Molly tidak setuju pada Sirius Black dan Mundungus Fletcher. Sirius karena Molly menganggap Sirius bertintak terburu-buru dan tidak bertanggung jawab, sedangkan Mundungus karena dia seharusnya yang menjaga Harry ketika Harry diserang Dementor (dan nyaris membuatnya dikeluarkan dari sekolah) dan karena Mundungus membawa kuali curian ke Markas Orde Phoenix. Sirius juga tidak setuju pada Molly, yang dianggapnya berlebihan dalam melindungi Harry dan memperlakukannya seperti anak kecil yang tidak bisa apa-apa. Namun baik Sirius dan Molly tampaknya berusaha meredam ketidaksetujuan mereka masing-masing, dan Molly tetap membantu Sirius untuk bersih-bersih dan memasak di Grimmauld Place.
Ketika Molly bertemu calon menantunya, Fleur Delacour, yang bertunangan dengan Bill, ia semerta-merta tidak menyukai Fleur, seperti halnya Ginny dan Hermione, biarpun Molly enggan mengakuinya. Ia tidak habis pikir bagaimana Bill dan Fleur bisa saling mencintai, sementara karakter mereka begitu berbeda. Molly menganggap pernikahan mereka terlalu terburu-buru, karena keadaan yang serba-tidak-pasti akibat teror Voldermort dan Pelahap Mautnya. Biarpun sebenarnya dia dan Arthur juga menikah di usia muda dan dalam waktu yang berbahaya pula. Ginny bahkan menyangka Molly mencoba menjodohkan Bill dengan Tonks dengan cara sering mengundang Tonks untuk makan malam, padahal sebenarnya Molly memberi nasehat pada Tonks mengenai masalah hubungan Tonks dengan Lupin. Molly akhirnya dapat menerima Fleur setelah Bill digigit oleh Fenrir Greyback dalam Pertempuran di Hogwarts. Molly mengira setelah Bill digigit (dan ada kemungkinan menjadi atau memiliki sifat manusia serigala) Fleur tidak akan mau menikahinya. Tapi Fleur mengejutkan Molly (dan semua orang) bahwa ia akan tetap mencintai Bill, dan demikian pula sebaliknya, dan bahwa luka-luka yang membekas pada Bill justru membuatnya bangga karena menandakan Bill adalah orang yang pemberani. Molly sangat menghargai pendapat Fleur ini dan akhirnya merestui hubungan mereka.