Pertempuran Alesia
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Pertempuran Alesia atau Pengepungan Alesia adalah konflik yang terjadi pada September 52 SM di sekitar Gallia oppidum di Alesia, pusat kota utama dan kota bukit suku Mandubii, kemungkinan terletak di di Chaux-des-Crotenay (Jura). Penyelidikan awal meletakkan Alesia di puncak Gunung Mont Auxois, di atas Alise-Sainte-Reine modern di Perancis, tetapi lokasi ini tidak sesuai dengan gambaran Caesar mengenai pertempuran tersebut. Alise-Sainte-Reine masih merupakan lokasi resmi Alesia. Pertempuran ini terjadi antara tentara Republik Romawi, dikomandoi oleh Kaisar Julius (Julius Caesar), dibantu oleh komandan kavaleri Markus Antonius, Titus Labienus dan Gaius Trebonius, melawan aliansi suku-suku Gallia yang bersatu di bawah pimpinan Vercingetorix dari Averni.
Alesia merupakan pertempuran utama antara bangsa Gallia dan Romawi dan menandakan titik perubahan dalam Perang Gallia oleh Roma. Pengepungan Alesia dianggap sebagai salah satu pencapaian militer Caesar teragung dan masih merupakan salah satu contoh klasik siegewar. Kejadian ini digambarkan oleh beberapa sejarahwan pada zaman tersebut, termasuk Caesar sendiri dalam De Bello Gallico.
Setelah kemenangan Romawi, Gallia (letaknya di sekitar Perancis masa kini) ditaklukkan dan menjadi provinsi Romawi. Penolakan senat Romawi untuk memberikan Caesar penghormatan bagi kemenangannya dalam Perperangan Gallia akhirnya menjadi salah satu faktor penyebab perang saudara Romawi 50-45 SM.
Daftar isi |
[sunting] Awal peperangan
Julius Caesar telah berada di Gallia semenjak 58 SM. Adalah menjadi kebiasaan bagi konsul, pegawai lantikan tertinggi Romawi, pada akhir tahun jabatannya sebagai konsul, untuk dilantik sebagai gubernur salah satu jajahan Romawi oleh Senat Romawi.
Setelah jawatan konsul pertamanya pada tahun 59 SM, Caesar dilantik sebagai gubernur Cisalpine Gallia (kawasan antara Alpen, Apennines dan Adriatic), dan Transalpine Gallia ("Gallia di luar Alps"). Dengan promagistrasi imperium, dia mempunyai kekuasaan mutlak dalam jajahan tersebut.
Caesar mengalahkan suku Gallia satu demi satu seperti Helvetii, Belgae atau Nervii, dan mendapatkan sumpah setia sekutu (pledge of alliance) dari suku-suku lain. Kejayaan dalam Perang Gallia memberi kontribusi besar kekayaan kepada Republik dalam bentuk harta rampasan dan tanah baru untuk dikenakan cukai. Caesar sendiri menjadi amat kaya, kerana sebagai jenderal, dia berhak atas kelebihan dari penjualan tahanan perang.
Tetapi kejayaan dan kemashyuran turut membawa musuh. Triumvirate Pertama, gabungan politik (walaupun tidak rasmi) dengan Pompey dan Crassus, berakhir pada 54 SM, dengan kematian Julia (anak perempuan Caesar dan isteri Pompey) dan Crassus dalam pertempuran Carrhae. Tanpa kaitan politik dengan Pompey, orang-orang seperti Marcus Porcius Cato yang Muda memulai kampanye menentang Caesar, mempropagandakan ketidakpercayaan dan menuduhnya ingin menumbangkan bentuk republik dan memulai kekaisaran Romawi.
Pada musim dingin 54-53 SM, suku Eburones yang sebenarnya patuh, di bawah pemerintahan Ambiorix, memberontak menentang penjajahan Romawi dan memusnahkan Legiun XIV dalam serangan kejutan yang dirancang dengan rapi.
Ini merupakan satu pukulan hebat untuk Caesar dari Gallia, karena dia kehilangan seperempat kekuatan militernya, sementara evolusi politik di Romawi membuatnya tidak mungkin meminta bantuan dari senat Romawi. Pemberontakan Eburones merupakan kekalahan Romawi pertama yang nyata dan membuat perasaan kebangsaan Gallia meluas dan memicu pemberontakan lain.
Pertempuran ini memakan waktu hampir setahun, tetapi Caesar berhasil menghancurkan kepungan Gallia dan mengamankan suku-suku di sana. Bagaimanapun, pergolakan di Gallia tidak berakhir. Suku-suku Gallia menyadari bahwa dengan bersatu, kemerdekaan dapat direbut kembali dari Romawi.
Persidangan Majelis Utama (general council) kemudian diadakan di Bibracte atas prakarsa Aedui, yang sebelumnya merupakan penyokong setia Caesar. Hanya Remi dan Lingones yang bersikukuh mempertahankan aliansi dengan Romawi. Majelis Dewan (council) melantik Vercingetorix, salah seorang ketua suku Averni, menjadi komandan Aliansi Pasukan Gallia.
Saat hal ini terjadi Caesar sedang menggelar perkemahan pada musim dingin di Cisalpine Gallia. Ia tidak menyadari adanya persekutuan untuk menentangnya. Tanda pertama dimulai dari Carnutes yang membunuh semua penetap Romawi di daerah Cenabum (modern: Orléans). Keganasan ini diikuti pula dengan penyembelihan seluruh warganegara Romawi, pedagang dan penetap di semua daerah utama Gallia.
Mendengar berita ini, Caesar dengan cepat menggerakkan pasukannya menyeberangi Alps, yang masih diselimuti salju, menuju pusat Gallia. Ini dilakukan dalam waktu singkat dan Caesar berhasil mengejutkan semua suku Gallia. Dia memecah tenteranya menjadi empat legion dengan Titus Labienus untuk melawan Senones dan Parisii di Utara. Caesar sendiri mengejar Vercingetorix dengan enam legiun dan kalaveri sekutu Jermannya.
Kedua pihak bertemu di kota bukit Gergovia, di mana Vercingetorix mendapat posisi pertahanan yang kuat. Caesar terpaksa mundur untuk menghindari kekalahan total setelah mengalami beberapa kekalahan kecil dan menyadari posisinya yang buruk. Pada musim panas 52 SM, beberapa pertempuran terjadi antara pasukan berkuda kavaleri, dengan kemenangan di pihak Caesar yang berhasil merusak tentera Gallia. Vercingetorix memutuskan bahwa belum saatnya perang besar terjadi lalu memerintahkan berkumpul di kota Mandubii di Alesia.
[sunting] Pertempuran dan pengepungan
Alesia merupakan kota atas bukit yang dikelilingi lembah sungai, dengan ciri-ciri pertahanan yang kukuh. Serangan langsung merupakan bunuh diri, karena itu Caesar memutuskan stratgi siegewar, dengan harapan bisa memaksa musuh menyerah karena kelaparan. Dengan perkiraan 80,000 orang pasukan di Alesia, bersama dengan penduduk asli, hal ini tidak memakan waktu lama.
Untuk memastikan pengepungan berjalan sempurna, Caesar memerintahkan pembangunan tembok kepungan, dikenal dengan nama circumvallation, di sekeliling Alesia. Perincian rekayasa ini diketahui dari tulisan Commentaries Caesar dan penelitian arkeologis di lapangan tersebut. Sekitar 18 kilometer tembok setinggi 4 meter dibangun dalam waktu hanya tiga minggu. Garis ini diikuti pula dengan dua parit selebar empat setengah meter, dan sedalam satu setengah meter. Parit berseberangan dengan tembok diisi dengan air dari sungai sekeliling. Ini merupakan suatu kehebatan rekayasa zaman Romawi. Tetapi hal ini bukanlah hal baru bagi curule aedile, pegawai terpilih dari kota Romawi, yang pernah membelokkan sungai Tiber kedalam Circus Maximus untuk pertunjukan perang maritim, sebagai hiburan. Tembok ini didukukung pula dengan perangkap manusia dan lubang dalam di depan parit, dan watchtower didirikan dengan jarak tertentu dilengkapi artilleri Romawi.
Pasukan berkuda Vercingetorix sering menyerang kerja pembangunan sebagai usaha mencegah pengepungan total. Namun Pasukan kavaleri dukungan Jerman sekali lagi terbukti berguna dan memukul mundur musuh. Setelah dua minggu pembangunan, sepasukan kavaleri Gallia berhasil meloloskan diri melalui tembok yang belum selesai dibangun. Memperkirakan pasukan bantuan akan dipanggil, Caesar memerintahkan pembangunan tembok kedua contravallation, yang menghadap keluar dan mengelilingi pasukannya antara dinding pertahanan pertama dengan dinding pertahanan kedua. Garisan kedua sejajar dengan yang pertama dari segi reka bentuk dan memanjang sejauh 21 kilometer, meliputi pula empat kemah kavaleri. Set dinding pertahanan ini akan melindungi tentara Romawi apabila pasukan bantuan Gallia tiba. Posisi mereka dalam keadaan siap mengepung dan dikepung.
Akibat pengepungan ini, keadaan di Alesia menjadi semakin buruk. Dengan 80,000 tentera ditambah penduduk asli, terlalu banyak manusia terkurung dalam plato dan berebut makanan yang sedikit. Mandubii memutuskan untuk mengeluarkan anak-anak dan wanita dari (citadel), dengan harapan bisa menyimpan makanan untuk pejuang. Ia berharap Caesar akan membuka ruang untuk membiarkan anak-anak dan wanita lewat. Ini juga merupakan kesempatan bagi menerobos garis Romawi. Tetapi Caesar memutuskan untuk tidak memberikan jalan bagi rakyat ini dan dibiarkan kelaparan di tanah antara dinding kota dan dinding kepungan. Nasib buruk mereka menurunkan moral pasukan di dalam kota.
Vercingetorix berusaha untuk membakar semangat pasukannya, tetapi tetap harus berhadapan dengan keinginan menyerah di kalangan pasukannya. Tetapi pasukan bantuan sampai pada saat yang tepat dan membangkitkan harapan pasukan Gallia yang terkepung.
Pada akhir September, suku Gallia di bawah pemerintahan Commius, menyerang dinding contravallation Caesar. Vercingetorix turut mengarahkan serangan secara serentak dari sebelah dalam. Tapi tidak satupun serangan ini yang membuahkan hasil. Hingga menjelang matahari terbenam pertempuran berhenti.
Besoknya serangan Gallia dilakukan pada waktu malam. Kali ini mereka lebih berjaya dan Caesar terpaksa melepaskan sebagian garis kubu pertahanannya. Hanya tindakan antisipasi pasukan berkuda di bawah pemerintahan Marcus Antonius dan Gaius Trebonius yang menyelamatkan keadaan. Dinding sebelah dalam juga diserang, tetapi kehadiran parit, yang terpaksa dilewati pengikut Vercingetorix, menghalangi mereka sehingga mennggagalkan serangan kejutan. Tetapi pada saat ini keadaan pasukan Romawi juga terdesak. Mereka sendiri terkepung, sehingga makanan terpaksa dijatah dan tenteranya hampir letih.
Pada keesokkan harinya, 2 Oktober, Vercassivellaunus, sepupu Vercengetorix, melancarkan serangan besar-besaran dengan 60,000 orang, berkonsentrasi pada kelemahan di kubu pertahanan Romawi (lihat tanda lingkaran di peta). yang meskipun disamarkan Caesar, tetapi tetap berhasil ditemukan Gallia. Di daerah ini tembok tidak dapat dibangun karena kondisi alam yang tidak memungkinkan. Serangan dilakukan pasukan Vercingetorix secara bersama yang mendesak dari setiap sudut dari arah tembok pertahanan dalam.
Caesar mempercayai displin dan keberanian tenteranya dan mengeluarkan perintah menjaga tembok pertahanan. Dia sendiri berkuda di sekeliling kepungan guna menaikkan semangat legiuner. Pasukan berkuda Labienus ditugaskan mendukung pertahanan kawasan di tempat yang garis pertahanannya ditembusi. Dengan tekanan yang terus meningkat, Caesar terpaksa melakukan balasan dari serangan bahagian dalam dan berhasil memukul mundur pasukan Vercingetorix.
Pada saat ini area yang dipertahankan oleh Labienus hampir roboh. Caesar memutuskan untuk mengambil tindakan nekad dan membawa 13 cohort pasukan berkuda (sekitar 6,000 orang) untuk menyerang pasukan bantuan 60,000 dari belakang. Tindakan ini mengejutkan kedua pihak yang sedang bertempur. Di sisi Labienus, melihat pimpinan mereka berani mengambil risiko, menggandakan usaha mereka sementara suku Gallia menjadi panik dan mencoba mundur.
Seperti yang biasa terjadi di pertempuran lain, pasukan musuh yang mundur dalam keadaan kacau menjadi mangsa mudah bagi pasukan Romawi yang berdisplin tinggi. Suku Gallia yang mundur dihancurkan, dan Caesar dalam Commentaries menulis bahawa hanya faktor kelelahan orang-orangnya saja yang menyelamatkan suku Gallia dari pemusnahan.
Di Alesia, Vercingetorix menyaksikan kekalahan pasukan bantuan. Berhadapan dengan kelaparan dan moral yang rendah, dia terpaksa menyerah tanpa pertempuran akhir. Pada hari berikutnya, pemimpin Gallia dengan terhormat menyerahkan senjatanya kepada Julius Caesar, mengakhiri pengepungan Alesia.
[sunting] Akhir pertempuran
Alesia terbukti mengakhiri pemberontakan massal dan terorganisir terhadap penjajahan Romawi di Gallia. Wilayah tersebut ditundukkan secara penuh menjadi jajahan Romawi dan akhirnya dibagi menjadi wilayah-wilayah administratif yang lebih kecil. Pemberontakan lain baru terjadi pada abad ke 3 di Kerajaan Gallia.
Pasukan pertahanan Alesia dijadikan tawanan termasuk pula pasukan bantuan yang masih selamat. Sebagian dijual sebagai budak atau dijadikan pembantu di legiuner Caesar, kecuali yang berasal dari suku Aedui dan Averni, yang dibebaskan dan diampuni demi mempertahankan aliansi dengan kedua suku penting ini.
Bagi Caesar, Alesia merupakan kemenangan tersendiri yang besar, baik dari segi militer dan politik. Senat Pompey dan Cato mempengaruhi untuk menetapkan 20 thanksgiving untuk kemenangan ini, tetapi menolak penghormatan bagi Caesar untuk melakukan arakan triumvirat kemenangan Romawi, sebuah pengakuan atas prestasi terbesar bagi Jenderal manapun. Akibatnya ketegangan politik meningkat, dan dua tahun kemudian, pada 50 SM, Caesar menyeberangi Rubicon, yang memulai perang saudara Republik Romawi pada 49 SM hingga 45 SM, yang dimenanginya.
Setelah dipilih sebagai konsul, untuk setiap tahun-tahun perang, dan kemudian diberikan beberapa kekuasaan diktatorial sementara Caesar akhirnya dijadikan dictator perpetuus (diktator seumur hidup), oleh senat Romawi pada tahun 44 SM. Penghormatan dan kekuasaannya yang terus meningkat melemahkan tradisi republik Romawi, dan akhirnya menyebabkan runtuhnya Republik Romawi dan dimulainya masa Kerajaan Romawi.
Komandan pasukan berkuda Caesar akhirnya terpecah dalam beberapa haluan. Labienus menyeberang kepada faksi Optimates ("orang baik"), faksi aristokratik konservatif dalam perang saudara, dan terbunuh dalam Pertempuran Munda pada tahun 45 SM. Trebonius, salah seorang letnan Caesar yang paling dipercaya, dilantik sebagai konsul oleh Caesar pada tahun 45 SM sebelum akhirnya menjadi salah seorang senator yang terlibat dalam pembunuhan Caesar pada peristiwa Ides of March (15 Maret 44 SM).Dia sendiri dibunuh setahun berikutnya.
Antonius tetap setia kepada Caesar. Dia dijadikan wakil utama Caesar, sebagai Master of the Horse, dan ditugaskan di Itali dalam perang saudara. Pada tahun 44 SM dia dipilih sebagai rekan consular Caesar. Setelah pembunuhan Caesar, Antonius mengejar pembunuh Caesar dan ikut dalam pemilihan kekuasaan tertinggi bersama Octavian (kemudian menjadi Caesar Augustus). Awalanya ia membentuk aliansi dengan Octavian (dan Marcus Aemilius Lepidus) dalam Triumvirat Kedua, namun kemudian dikalahkan oleh Octavian dalam Pertempuran Actium pada tahun 31 SM. Bersama sekutunya dan kekasihnya ratu Cleopatra dia lari ke Mesir, di mana mereka bunuh diri pada tahun berikutnya.
Vercingetorix dijadikan tahanan dan dilayani dengan penghormatan kebangsawanan selama lima tahun berikutnya, sementara menunggu dipamerkan dalam perayaan triumvirat Caesar. Seperti biasanya tradisi untuk ketua musuh yang ditawan dan diarak, pada akhir perarakan kemenangan dia dibawa ke Tullianum (dikenal juga sebagai Penjara Mamertine) dan dihukum mati.
[sunting] Beberapa Isu dalam penelitian sejarah
Bertahun-tahun lokasi pertempuran sebenarnya tidak diketahui. Teori berlawanan mulanya menumpu kepada dua kota, Alaise di Franche-Comté dan Alise-Sainte-Reine di Côte-d'Or. Raja Napoleon III dari Perancis mendukung pendapat kedua dan pada masa 1860an membiayai penggalian yang mencari bukti yang mendukung teori adanya perkemahan Romawi di kawasan tersebut. Dia lalu mendirikan patung Vercingetorix di puing yang baru ditemui.
Bagaimanapun, dalam ilmu pengetahuan ketidakpastian adalah abadi. Topografi Alise-Sainte-Reine dianggap tidak mendukung gambaran Caesar. Sebagai contoh, tempat tersebut terlalu kecil untuk menempatkan 80,000 orang infantari Gallia, dan hingga 10,000 lebih pasukan berkuda dan penduduk. Teori baru meyakini lokasi pertempuran di Chaux-des-Crotenay di pintu masuk pergunungan Jura. Penyelidikan di Chaux-de-Crotenay memberikan gambaran sistem pertahanan Romawi lengkap yang serupa dengan gambaran Caesar mengenai tempat tersebut. Tetapi bagaimanapun, penyelidikan arkhaelogikal tetap diperlukan untuk menetapkan dengan tepat lokasi Alesia.
Dalam komik Asterix ("Asterix dan Perisai dari Averna"), ketidakpastian lokasi Alesia secara humoris digambarkan sebagai salah satu kebanggan kaum Gallia yang tidak pernah mengakui kekalahannya dari Caesar. Seluruh penduduk Gallia tidak pernah mengakui adanya peristiwa Alesia dan bahkan menolak anggapan tahu lokasi Alesia tempat pertempuran itu terjadi (dan secara tidak langsung menolak mengakui kekalahan tersebut terjadi).
Jumlah tepat mengenai ukuran pasukan yang terlibat dan jumlah korban sukar diketahui. Jumlah-jumlah seperti ini biasanya tidak lebih dari propaganda, dan biasanya diragukan. Caesar, dalam De Bello Galliaonya, memberi rujukan satu juta tentara bantuan Gallia. Kemungkinan besar hal ini hasil pemalsuan untuk memperbesar rasa kemenangan di pihak Romawi. Sayangnya, catatan tunggal mengenai hal tersebut datang dari Romawi dan bisa dianggap berat sebelah. Ahli sejarah modern biasanya lebih mempercayai jumlah antara 80,000 hingga 100,000 orang.
Fakta yang bisa dipercayai adalah setiap tentara dalam legion Caesar mendapat seorang Gallia sebagai budak, yang berarti sekurang-kurangnya 40,000 tahanan, sebagian besar dari pasukan yang dikepung. Pasukan bantuan kemungkinan hilang atau dibunuh, sebagaimana tentara lain yang kehilangan perintah dan mundur, akan sekaligus dimusnahkan pasukan berkuda Romawi.
[sunting] Referensi
- J.F.C. Fuller, Julius Caesar: Man, Soldier, and Tyrant, Da Capo Press, 1991, ISBN 0306804220
- Julius Caesar (sek. 45 SM), Commentaries on the Gallic Wars, Harvard University Press. ISBN 0674990803
- Tersedia online, eg: Terjemahan Inggris oleh W. A. McDevitte and W. S. Bohn (1869)
- Adrian Goldsworthy (2002) Roman Warfare. Cassell. ISBN 0304362654
- Account of the battle and surrounding events (diperoleh akhir November 2005)
- Livius.org account of the battle (diperoleh akhir November 2005)
[sunting] Pranala luar
- Location of Alesia at Chaux-des-Crotenay (french)
- Vitruve Institute (french)
- THE SIEGE OF ALESIA, 52 SM
- Vercingetorix: Gallia Warrior, Pt. 2 Battle of Alesia
- Alésia - the battle against the Romans