Satria Nusantara
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia |
Lembaga Seni Pernafasan SATRIA NUSANTARA (LSP SN) didirikan oleh DR. Drs. H. Maryanto yang berpusat di Jogjakarta.
Lembaga yang memiliki motto SEMBUH, SEHAT, SAUDARA ini, bergerak dalam bidang pelatihan Seni Pernafasan guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
Ilmu Satria Nusantara dapat diuraikan dari kata SATRIA, yang terdiri dari kata SAT = Enam, TRI = Tiga dan A = YA = DAYA = kekuatan. Dalam perguruan ini diusahakan mengembangkan enam indera manusia dengan tiga kekuatan yaitu :
1. Kekuatan Fisik, dilatih dengan gerak/jurus tertentu
2. Kekuatan Batin, dilatih dengan pernafasan terentu
3. Kekuatan Iman, dilatih dengan dzikir khofi/hati, Laa illaaha illallah.
Jadi disini yang ada hanya jurus, nafas dan dzikir hati Laa illaaha illallah, tidak ada yang lain lagi, tidak ada susuk, jimat, puasa mutih, pati geni, ngebleng, dsb.
Sifat ilmu Satria Nusantara adalah Bela Diri, terhadap yang abstrak maupun yang kongkrit/fisik dan dapat digunakan untuk bela diri sendiri dan menolong orang lain.
Untuk tingkat dasar ada 10 jurus, setelah calon anggota berlatih dari kuda-kuda sampai 10 jurus, maka bahan tenaga cadangan dalam tubuh yang berubah menjadi kekuatan/tenaga dalam yang berbentuk getaran/frekwensi akan dibuka dengan cara tertentu sehingga dapat memmancar keluar membentuk semacam medan magnit yang akan selalu melindungi badan dari serangan orang lain.
Jadi ilmu ini tidak bisa digunakan untuk mengganggu orang lain, jago-jagoan, tetapi jangan coba-coba orang lain mengganggunya. Karena tenaga dalam yang berbentuk getaran tersebut secara spontan / langsung menangkis dan membalas serangan dan gangguan yang datang.
Dengan demikian anggota yang telah selesai tingkat dasar sudah siap pakai mempraktekkan ilmunya. Adapun tujuan utama latihan pernafsan adalah untuk pembinaan fisik dan mental tauhid, sehat lahir dan batin. Dengan dzikir hati Laa illaaha illallah, diharapkan dapat membersihkan hati sehingga badan/fisik dengan sendirinya akan dituntut untuk berbuat sesuai dengan keyakinan pengakuan lisan, tetapi mencakup keyakinan dalam hati tersebut.
Pengakuan tidak ada Tuhan selain Allah diharapkan bukan hanya pengakuan lisan, tetapi mencakup keyakinan dalam hati, ucapan lisan dan diwujudkan dengan amalnya. Jadi pengembangan tenaga dalam disini dengan 2 usaha ; 1. Secara sunnatullah (hukum Allah di dunia), untuk mengembangkan tenaga cadangan dalam tubuh dilakukan dengan jurus dan pernafasan tertentu.
2. Secara Islam, setelah berusaha berikhtiar secara dunia, akhirnya hanya kepada Allah kita berserah diri, dengan penuh keyakinan Laa illaaha illallah.