Tilottama
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia |
Tilottama dalam Mahabharata adalah salah satu dari tujuh bidadari utama di kahyangan yang berasal dari cahaya yang terpecah menjadi tujuh rupa.
Kecantikan Tilottama pernah dimanfaatkan oleh para dewa untuk menghancurkan dua asura bersaudara, yaitu Sunda dan Upasunda yang semula tak terpisahkan, menjadi bertikai bahkan kemudian saling bunuh untuk memperebutkan dirinya. Kedua asura yang menebar ketakutan di antara manusia dan para dewa ini memang hanya dapat dihancurkan bila mereka saling membinasakan.
Suatu ketika, Bambang Kumbayana, yaitu Resi Drona muda, yang berasal dari negeri Atasangin berniat mengunjungi sahabatnya, yaitu Sucitra, sebutan bagi Prabu Drupada muda, yang kini bertahta di kerajaan Pancala. Perjalanannya terhalang oleh lautan. Karena melihat tak ada cara untuk menyeberangi lautan, akhirnya Kumbayana mengucapkan janji siapapun yang dapat menolongnya menyeberangi lautan akan dianggapnya sebagai saudara bila berjenis kelamin pria, dan akan diperistrinya jika berjenis kelamin wanita.
Tiba-tiba muncullah seekor kuda putih bersayap di hadapannya. Menganggap kuda putih itu adalah utusan dewata untuk menolongnya, Kumbayana segera naik ke atas punggung kuda tersebut.
Sesampainya di seberang kuda putih itu menagih janji Kumbayana. Karena ternyata kuda itu berjenis kelamin betina, maka Kumbayana harus menikahi kuda tersebut. Kumbayana sedang kebingungan menepati janjinya kepada kuda putih itu, ketika tiba-tiba kuda putih itu berubah wujud menjadi seorang wanita cantik yang ternyata adalah Tilottama yang tengah menjalani hukuman dewata dengan hidup sebagai seekor kuda putih bersayap.
Melihat wujud asli Tilottama, barulah Kumbayana bersedia memperistri dirinya.Mereka hidup sebagai suami istri sampai Tilottama melahirkan seorang putra bagi Kumbayana, yaitu Aswatama, setelah itu Tilottama meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kahyangan.Tilottama berjanji kepada Kumbayana akan selalu menjaga keselamatan Aswatama. Ini terbukti Aswatama berhasil selamat sampai akhir perang Bharatayuddha dan bahkan melakukan serangan malam ke kubu Pandawa di akhir perang dan menyudahi hidup beberapa ksatria dari pihak Pandawa. Namun karena melanggar janjinya kepada Tilottama untuk tidak menengok ke belakang selama Aswatama berusaha mencapai perkemahan Pandawa, Tilottama meninggalkannya dan sejak saat itu Aswatama hidup dalam kegelapan.
![]() |
Artikel mengenai Mahabharata ini adalah suatu tulisan rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia mengembangkannya. |