Bahasa Betawi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
|
|
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia |
Bahasa Betawi adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini hampir seumuran dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu Jakarta. Bahasa betawi tergolong bahasa kreol (siregar, 2005).
Literatur Bahasa Betawi sudah ada dalam komik JAMPANG JAGO BETAWI yang diproduksi akhir tahun 1960an, dan dikarang oleh Ganesh T.H. Namun yang paling menonjol dalam mengkomunikasikan bahasa Betawi dari kota Jakarta menjadi bahasa yang digemari oleh seluruh daerah di Indonesia adalah atas jasa-jasa Benyamin S dan sutradara-sutradara film-film Benyamin S a/l Syumanjaya dll. Film-film Benyamin S, mengangkat martabat bahasa Betawi (ora) selevel lebih tinggi dari Bahasa Indonesia (Melayu Riau), dan menjadikan Bahasa Betawi menjadi LINGUA FRANKA di tanah air. Ketika bahasa Indonesia yang kurang "berperasaan" (tanpa "dong", tanpa "deh" dsb.) gagal menjembatani antar etnis di tanah air, bahasa Betawi dengan mudahnya menjembatani banyak etnis di tanah air, khususnya di ibukota.
 |
Artikel mengenai bahasa ini adalah suatu tulisan rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia mengembangkannya. |
Bahasa adalah kebanggaan dan harga diri.
Pujangga-pujangga dari dalam (Indonesia) dan luar negeri memberi komentar tentang bahasa:
Muhidin M Dahlan dalam buku yang berjudul "Tempo Doeloe: Antologi Sastra Pra-Indonesia" mengatakan '....mendesak adanya semacam demokratisasi bahasa saat ini. Sebab kita tidak bisa terus-terusan dipisahkan dari sejarah kita, sastra dan tradisi-tradisi kita. Kalau orang Jawa boleh memakai .... "terhadep, semangkin" yang jelas-jelas diimpor dari bahasa Jawa dan ... kenapa orang Menado ... mau pakai 'torang / dorang', ... orang Ambon .. pakai 'beta', ... Cierebon ..'isun' dst..dst... Demokratisasi bahasa itu merupakan pembebasan bahasa dan ejaan agar bahasa ibu Indonesia hidup kembali....
Lord Salisbury (1547) mengatakan:
1.Jikalau kamu TIDAK MAU lebih jelek dibandingkan binatang, usahakanlah belajar bahasa kamu sendiri (kalo ente DISAMAIN ame binaang, usahain gitu belajar bahasa ente ndiri)
2. Jikalau kamu TIDAK MAU kelihatan TIDAK WAJAR, maka sayangilah orang-orang yang mempelajari bahasa kamu. (kalo ente KAGA MAU KELIATAN ANEH, maka sayangin dong orang-orang nyang mao melajari bahasa ente)
Benedict Anderson (Seorang Ahli Bahasa Kawasan Asia Tenggara) mengatakan:
"... bahwa bahasa nasional tumbuh sebagai lingua-franca, yakni bahasa antarsuku dan antarbangsa; maka dari itulah dia hidup beratus-ratus tahun lamanya, hidup segar bugar dengan ribuan variasi lokal.
