Norodom Sihanouk
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
|
||
Masa Jabatan: | 24 April 1941-3 Maret 1955; 20 November 1991-7 Oktober 2004 (Raja semenjak 24 September 1993) |
|
Sebelumnya: | Sisowath Monivong (kali pertama); Chea Sim (kali kedua) |
|
Pengganti: | Norodom Suramarit (kali pertama); Chea Sim (kali kedua) |
|
Tanggal lahir: | 31 Oktober 1922 | |
Tempat lahir: | Phnom Penh |
Preah Bat Samdech Preah Norodom Sihanouk Varman (dilahirkan 31 Oktober 1922) merupakan mantan Raja Kamboja. Setelah turun tahta pada 7 Oktober 2004 ia mengambil gelar Pangeran. Dia dilahirkan di Phnom Penh, putra Raja Norodom Suramarit dan Ratu Sisowath Kossamak.
Sepanjang sejarah Kamboja yang berceramuk Sihanouk memegang banyak jabatan sehingga Guinness Book of World Records mencatat bahwa Norodom Sihanouk sebagai ahli politik yang memegang jabatan politik paling banyak. Ini termasuk dua periode sebagai raja, satu periode sebagai presiden, dua periode sebagai perdana menteri, dan satu periode sebagai kepala negara tanpa gelaran di Kamboja, termasuk pelbagai jabatan sebagai ketua dalam pelbagai pemerintahan pelarian.
Daftar isi |
[sunting] Masa muda
Norodom Sihanouk mengikuti pelajaran dasar di sekolah dasar Phnom Penh, Ecole Francois Baudoin, melanjutkan pelajaran menengah di Saigon (sekarang Ho Chi Minh City), Vietnam dan semenjak itu mengikuti Akademi Militer di Saumur, Perancis. Saat kakek dari ibundanya, Raja Sisowath Monivong, meninggal pada 23 April 1941, Dewan Mahkota (Crown Council) melantik Pangeran Sihanouk sebagai Raja Kamboja, dan dinobatkan pada bulan September tahun yang sama. Beredar desas desus bahwa pelantikan Norodom Sihanouk sebagai raja disebabkan oleh pengaruh atau tekanan Perancis.
[sunting] Sebagai Raja dan kepala negara
Selepas Perang Dunia II dan pada awal 1950-an, politik Raja Sihanouk cenderung ke arah nasionalis dan beliau mulai menyuarakan tuntutan agar Perancis memberikan kemerdekaan dan keluar dari Kamboja, mencerminkan semangat kebanyakan negara di kawasan tersebut, termasuk Vietnam, Thailand, dan Laos. Dia "membuang diri" ke Thailand pada 1952 dan tidak kembali sampai kemerdekaan diberikan. Ia kembali saat permintaannya terkabul dan negaranya diberikan kemerdekaan pada 9 November 1953. Pada 2 Maret 1955, Sihanouk turun tahta dan ayahanya menjadi Perdana Menteri Kamboja beberapa bulan kemudian. Selepas kematian ayah Sihanouk pada tahun 1960, dia sekali lagi dilantik sebagai kepala negara, tetapi tidak dianugerahkan gelar "Raja".
Ketika Perang Vietnam berceramuk, Sihanouk mencoba menetapkan Kamboja sebagai negara netral. Dia mengambil kebijakan silih berganti mendukung RRC dan Amerika Serikat dan kemudian mengambil kebijakan Jalan Ketiga dan dalam politik luar negerinya, di dikenal bersahabat akrab dengan Presiden Soekarno dari Indonesia yang mengupayakan politik bebas aktif dan anti imperialisme seperti yang sering ditulis dan diungkapakan sendiri oleh Presiden Soekarno. Namun, ia gagal dalam usaha menghalangi peperangan meluas sampai ke dalam negara Kamboja. Pada Maret 1970, ketika baginda berada di luar negari (RRC), sebuah kudeta yang dipimpin oleh Lon Nol, salah seorang panglima militer kepercayaannya dan Pangeran Sisowath Sirik Matak terjadi yang menyingkirkannya dari kekuasaan. Selepas perebutan kekuasaan Pangeran Sihanouk melarikan diri ke Beijing dan menyusun pasukan untuk menentang pemerintahan Lon Nol di Phnom Penh, bahkan sempat mendukung dan bersekutu dengan Khmer Merah pimpinan Pol Pot. Saat Republik Khmer jatuh ke tangan Khmer Merah pada April 1975, Pangeran Sihanouk diangkat menjadi simbol kepala negara dimana Pol Pot yang memegang kekuasaan yang sebenarnya. Pada tahun berikutnya, pada 4 April, Sihanouk sekali lagi disingkirkan dari jabatannya dan berhenti dari politik. Sihanohuk sekali lagi mencari perlindungan politik di Republik Rakyat China dan Korea Utara.
Invasi Vietnam atas Kamboja Desember 1978, atas permintaan Hun Sen dan Heng Shamrin, yang sebelumnya merupakan perwira di jajaran elit Khmer Merah, berhasil menyingkirkan kekuasaan Khmer Merah atas Kamboja. Walaupun mengambil sikap berhati-hati dengan Khmer Merah, Pangeran Sihanouk akhirnya mengadakan aliansi dengan mereka agar dapat membentuk barisan bersatu menentang Vietnam. Pada 1982, Norodom Sihanouk menjadi presiden Coalition Government of Democratic Kampuchea (CGDK), yang mterdiri atas partai FUNCINPEC-nya, KPNLF Son Sann dan Khmer Merah. Vietnam menarik kekuatan militernya pada tahun 1989, meninggalkan pemerintahan pro-Vietnam dibawah pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen yang dikenal sebagai Republik Rakyat Kamboja.
[sunting] Kembali ke Kamboja dan menjadi Raja
Perundingan damai antara CGDK dan PRK berawal tidak lama kemudian, diantaranya melalui forum Jakarta Informal Meeting di Istana Bogor, Indonesia dan berlanjut hingga 1991 saat semua pihak setuju untuk penyelesaian dari krisis Kamboja yang ditandatangani di Paris. Pangeran Sihanouk kembali lagi ke Kamboja pada 14 November 1991 setelah tiga belas tahun dalam pengungsian.
Pada tahun 1993, Norodom Sihanouk dilantik kembali sebagai Raja Kamboja dan putranya H.R.H. Norodom Ranariddh mengadakan persetujuan dengan dengan Madame Marie de Roland-Peel, Sekretaris Jendral British Committee for Free Vietnam, Laos, Cambodia & Burma dan sepakat untuk memasuki Southeast Asia Imperial & Royal League, diketuai oleh H.I.H. Pangeran Nguyen Phuc Buu Chanh dari Vietnam.
Semenjak kepulangannya dari pengungsian dan menjabat sebagai Raja Kamboja, kesehatannya terganggu dan banyak berita serta pernyataan yang menyatakan bahwa Raja Sihanouk akan turun tahta. Sepanjang awal 2004, ia berulang kali ke Beijing, China, untuk mendapatkan perawatan kesehatan.
[sunting] Kegiatan-kegiatan lain
Raja Sihanouk menaruh minat terhadap seni termasuk film dan musik. Ia membuat film baik dokumenter maupun cerita sepanjang tahun, menjadi sutradara dalam banyak film dan karya musik. Dia merupakan salah seorang kepala negara dalam kawasan ini yang mempunyai halaman web tersendiri, yang mempunyai penggemar, menarik lebih seribu pengunjung sehari, yang sejumlah besar berasal dari pengguna internet negaranya. Kisah nyata dan tulisan dari Raja diletakkan di situs pribadinya setiap hari untuk dibaca rakyatnya.
Raja Sihanouk kembali mengasingkan diri pada Januari 2004, menetap di Pyongyang, Korea Utara, dan Beijing, China. Kemudian mengumumkan pengunduran diri dari tahtanya pada 7 Oktober 2004. Seminggu selepas itu, pada 14 Oktober 2004, salah seorang putranya, Norodom Sihamoni dilantik menggantikannya.
Pendahulu: Sisowath Monivong |
Raja Kamboja 1941–1955 |
Pengganti: Norodom Suramarit |
Pendahulu: Norodom Suramarit |
Pangeran Kamboja 1960–1970 |
Pengganti: Tidak Ada |
Pendahulu: Tidak Ada |
Raja Kamboja 1993–2004 |
Pengganti: Norodom Sihamoni |
[sunting] Lihat juga
- Sejarah Kamboja