Paus John Paul II
Dari Wikipedia bahasa Melayu
Paus John Paul II (nama asal: Karol Józef Wojtyła) lahir di Wadowice, Poland pada 18 Mei 1920 dan meninggal dunia pada 2 April 2005). Beliau adalah Paus, Uskup Rom, dan kepala Gereja Roman Katolik sejak 16 Oktober 1978 sehingga kematiannya. Beliau juga merupakan ketua negara Kota Vatican, sebuah negara berdaulat paling kecil di dunia.
John Paul II dilantik ketika berusia 58 tahun pada tahun 1978. Beliau merupakan Paus bukan warganegara Itali pertama sejak Paus Adrian VI, yang menjabat dari tahun 1522-1523.
Beliau memerangi komunisme, kapitalisme yang tak terkawal dan penindasan politik. Beliau dengan tegas melawan pengguguran dan membela pendekatan Gereja Katolik Roma yang lebih tradisional terhadap seksual manusia.
Beliau telah melakukan lawatan ke luar negeri lebih dari 100 kali dan menarik perhatian masyarakat yang besar. Selain itu, masa tugasnya sebagai Pope adalah yang ketiga paling lama dalam sejarah, setelah Paus Pius IX dan Santo Petrus. Pada tahun 1989, beliau mengunjungi Indonesia dan Timor Timur. Setelah berkunjung ke Indonesia, ulasannya adalah: "Tidak ada negara yang begitu toleran seperti Indonesia di muka bumi." (sic)
John Paul II telah didiagnosa dengan penyakit Parkinson sejak tahun 2001 sehingga pendengaran dan pergerakannya terbatas. Pada 31 Mac 2005, Paus diserangi "demam tinggi yang disebabkan infeksi pada saluran kencing" namun tidak dibawa ke rumah sakit di Roma, kaerana keinginannya untuk meninggal di Kota Vatican. Pada hari yang sama, beliau diberikan Sakramen Perminyakan oleh Gereja Roman Katolik, pertama kalinya sejak percobaan pembunuhan terhadapnya pada tahun 1981 oleh Mehmet Ali Ağca, seorang ekstremis sayap kanan berwarganegara Turki dan berfaham fasisme.
Keadaanya semakin teruk hingga akhirnya beliau meninggal pada 2 April pukul 19:37 UTC (03:37 waktu Malaysia), pada umur 84 tahun.
Jadual isi kandungan |
[Sunting] Latar belakang
Karol Józef Wojtyła (dilafazkan sebagai: voi-TI-wa; IPA: /ˈkarɔl ˈjuzef vɔjˈtɨwa/) lahir pada 18 Mei 1920 di Wadowice, Poland selatan, sebagai seorang anak opsir pada Tentara Kekaisaran Habsburg Austria, yang juga bernama Karol Wojtyła. Pada 1941, Karol sudah kehilangan ibunya, ayahnya dan abangnya. Masa kecilnya terpengaruh kontak intensif dengan komunitas Yahudi di Kraków, yang kala itu berkembang dan pengalaman buruk pendudukan Nazi. Semasa itu Karol bekerja di tambang batu dan pabrik kimia. Pada masa mudanya, Karol adalah seorang olahragawan, pemain bolasepak, pemain sandiwara, penulis sandiwara, dan menguasai bermacam-macam bahasa. Ketika menjabat di kemudian hari, bahasa yang dikuasainya secara fasih adalah: Bahasa Poland, Slovakia, Rusia, Itali, Perancis, Sepanyol, Portugis, Jerman, dan Inggeris, ditambah dengan pengetahuannya dalam Bahasa Latin Gereja.
Karol Wojtyła ditahbiskan sebagai pastor pada 1 November 1946. Karol kala itu mengajar ilmu etika di Universitas Jagiellonian, Kraków dan kemudian di Universitas Katolik Lublin. Pada 1958 Karol diangkat menjadi uskup pembantu (auxiliary bishop (?)), Uskup Kraków dan empat tahun kemudian meneruskannya menjadi Uskup dengan gelar Vicar Capitular. Pada 30 Desember 1963, Paus Paul VI mengangkatnya sebagai Uskup Agung (Archbishop (?)) Kraków. Sebagai uskup dan uskup agung, Wojtyła ikut serta menghadiri Majlis Vatican II, dan memberikan kontribusi pada dokumen-dokumen penting yang kelak menjadi Pernyataan tentang Kebebasan Beragama (Dignitatis Humanae) dan Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern (Gaudium et Spes), dua hasil utama Konsili, ditilik dari sudut pandang historis dan pengaruhnya.
Pada 1967 Paus Paul VI mengangkatnya menjadi Kardinal. Pada Agustus 1978, pada kematian Paus Paul VI, Karol menghadiri konklaf Paus yang memilih Albino Luciani, Kardinal Venesia, sebagai Paus John Paul I. Pada usia 65, Luciani bisa dikatakan masih muda sebagai Paus. Wojtyła pada usia 58 masih bisa mengharapkan untuk menghadiri sebuah konklaf Pope lainnya sebelum mencapai usia 80 tahun (usia maksimal dalam mengikuti konklaf). Namun tidak dikira bahwa ternyata konklaf selanjutnya datang begitu cepat pada 28 September 1978, hanya 33 hari setelah menjabat, Paus John Paul I wafat. Pada Oktober 1978 Wojtyła kembali ke Vatikan untuk menghadiri konklaf kedua dalam waktu kurang dari dua bulan.
[Sunting] Konklaf kedua pada 1978
Pada konklaf ada dua kubu yang sama-sama memiliki calon kuat: Giuseppe Cardinal Siri, Uskup Agung Genoa, dan Giovanni Cardinal Benelli, Uskup Agung Firenze (Florence) dan seorang teman dekat Paus John Paul I. Pada putaran-putaran pemungutan suara pertama, Benelli memenangkan sembilan pengambilan suara. Namun akhirnya Wojtyła yang menang sebagai calon kompromi, antara lain berkat dukungan Franz Cardinal König dan yang lain-lain yang sebelumnya mendukung Siri.
[Sunting] Paus dari Poland yang pertama
Pada 16 Oktober 1978, ketika berusia 58, Wojtyła meneruskan Paus John Paul I. Ketika diumumkan terpilihnya seorang Paus bukan warganegara Itali dalam kurun waktu 455 tahun, ramai yang menggelarnya sebagai "sang pria dari negara yang jauh." Melihat usia, kewarganegaraan, dan keadaan kesihatan mantan olahragawan dan penulis skenario sandiwara ini, Karol memecahkan semua rekod Paus. Kelak Karol menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma yang paling dominan dalam abad ke-20, melebihi Paus Paul VI dalam perjalannya dan menurut beberapa orang bahkan melampaui kemampuan intelektual Paus Pius XII dan kharisma Paus John XXIII.
Seperti pendahulunya, John Paul II secara sengaja menyederhanakan jabatannya dan menjadikannya sebuah pranata yang tidak terlalu bersifat kerajaan. Beliau memilih untuk tidak memakai bentuk jamak Pluralis Majestatis, menyebut dirinya dengan kata "kami" tetepi memilih untuk memakai kata "Saya." Upacara pentahbisan yang sederhana juga dipilihnya, dan bukanlah sebuah penobatan Paus besar-besaran. Kemudian Tiara Paus juga tidak pernah dipakai selama menjabat. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi gelar Servus Servorum Dei (Pelayan para Pelayan Ilahi).
Salah satu lawatan rasmi Paus John Paul II yang pertama, adalah ke Poland pada Jun 1979. Di sana, beliau mengetuai sebuah misa yang diadakannya di Lapangan Kemenangan di Warsaw, sebuah peristiwa yang memiliki efek dalam mempersatukan gerakan persatuan Buruh Poland, "Solidaritas". [1]
[Sunting] Bacaan lebih lanjut
- George Weigel, Witness to Hope (1999, 2001) ISBN 006018793X
[Sunting] Artikel berkait
- Daftar kunjungan pastoral oleh Paus John Paul II di luar Itali
- Daftar uskup Roman Katolik di Kraków